Sabtu, 03 Maret 2012

KONSEP & TEORI BELAJAR QUR’ANI

NAMA                          : ANGGUN SEINI KUBA
NIM                               : 11011200046
JUR/LOKAL                : PAI/III MODEL
TUGAS MANDIRI      : Psikologi Pembelajaran (Tugas ke 6)
DOSEN PENGAMPU  : Drs. Suardi Syam, M.Ag

KONSEP & TEORI BELAJAR QUR’ANI
A.    Konsep Pendidikan dalam Al-qur’an
·         Q.S. Al-Baqarah ayat 102
‘allama – ya’lamu –yata’allamu (ilmu)

·         Q.S. Ali Imran ayat 79
Darasa – tadrusu – yatadarrasa (belajar)

·         Q.S Al-A’raf ayat 53 dan 57
Dzakkara – tadzkuru – yatadzakkaru (menghafal)

Ø  Konsep belajar qur’ani merupakan belajar islam dan berbeda dengan konsep belajar barat.
Ø  Belajar itu usaha jihad, usaha yang sungguh-sungguh artinya kita sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Ø  Ada 5 metode belajar dalam al-qur’an, yaitu:
1.      Mengamati
2.      Meniru dengan kata-kata
3.      Membaca dengan kata-kata
4.      Bertanya
5.      Berpikir

      Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur'an dengan istilah ‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi rabba , yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama Allah. Dalam al-Qur'an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun, rabbani.
Ada hal yang membedakan antara at-tarbiyah dengan at-ta’lim, yaitu ruang lingkup at-ta’lim lebih umum daripada at-tarbiyah, karena at-tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksistensial dan juga at-tarbiyah merupakan terjemahan dari bahasa latin education, yang keduanya mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik-mental, tetapi sumbernya bukan    dari wahyu. Pengunaan at-ta’dib, menurut Naquib al-Attas lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan Islam, konsep inilah yang diajarkan oleh Rasul. At-ta’dib berarti pengenalan, pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedimikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud dan keberadaanya .
Kata ‘addaba’ yang juga berarti mendidik dan kata ‘ta’dib’ yang berarti pendidikan adalah diambil dari hadits Nabi “Tuhanku telah mendidikku dan dengan demikian menjadikan pendidikanku yang terbaik”.

 B.   Prinsip-prinsip Belajar dalam Al-Qur’an
 Prinsip-prinsip pembelajaran dalam Al-Qur'an, salah satunya terdapat dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1 – 5 adalah :
1.   Ikhlas
Prinsip ikhlas dapat terlihat dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1. Tuhan memerintahkan membaca atas nama Allah.
2.   Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit dalam Surat Al-'Alaq, yaitu tidak adanya batasan yang kongkret tentang kapan seseorang harus memulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian, manusia perlu belajar sampai ajalnya tiba.
3.      Efektivitas Pendidikan
Di dalam Surat Al-'Alaq, Tuhan menginformasikan asal kejadian manusia dari 'alaq dan setelah diajari, mereka memperoleh ilmu pengetahuan.
4.   Pengulangan
Di dalam surat Al-'Alaq Ayat 1 – 5 terdapat lafadl اقرأ (Bacalah) lebih dari satu kali. Di sini mengandung prinsip, bahwa diantara prinsip pembelajaran adalah dengan menggunakan pengulangan. Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tesebut makin mudah diingat. Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi makin segar dalam pikiran siswa, sehingga makin mudah direproduksi.





C . Jenis-jenis metode pembelajaran dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq Ayat 1-5
Jenis-jenis metode yang dapat diambil dari Surat Al-Alaq Ayat 1-5 adalah :
1.   Pembiasaan dan pengamalan
Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an. Latihan dan ulangan yang merupakan metode praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk di dalam metode ini. Di dalam Surat Al-'Alaq metode ini disebut secara implisit, yakni cara turunnya wahyu pertama (ayat 1-5). Jibril menyuruh Nabi mengucapkan kata اقرأ (bacalah) dan Nabi menjawab ما أنا بقارئ (Saya tidak bisa membaca), lalu Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang sama. Hal ini terulang sampai tiga kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan Jibril tersebut. Metode pembiasaan dan pengulangan yang digunakan Allah dalam mengajar Rasul-Nya amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kalbunya.
Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang. Hampir semua ahli pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya pendidikan. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu, walaupun ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukan. Oleh karena itu pembiasaan harus mengarah kepada kebiasaan yang baik.
Perintah membaca dalam Surat Al-'Alaq  ayat 1-5, yang diulang sampai dua kali, yaitu pada ayat pertama dan ketiga dapat memberikan indikasi bahwa metode pembiasaan dalam pendidikan sangat diperlukan dalam pembelajaran pendidikan Islam.
2.   Metode Mauidzah.
Metode Mauidzah adalah pemberitahuan seseorang tentang sesuatu yang baik agar dia dapat melakukannya dan yang jahat agar dia tidak melakukannya. Termasuk mau'idzah adalah nasihat, peringatan, teguran perintah. Dengan ungkapan lain, mau'idzah dapat disebut juga al-amr bil-ma'ruf wan nahyu 'anil munkar. Mau'idzah atau al-amr bil-ma'ruf wan nahyu 'anil munkar merupakan salah satu metode yang dianjurkan oleh Allah.
Dalam Surat Al-'Alaq  ayat 1-5 ini merupakan ayat yang memerintahkan pada ilmu pengetahuan kepada manusia dengan cara memberi nasehat berupa perintah untuk membaca.
Pendidikan Islam adalah; proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Sehingga dapat dijabarkan pada enam pokok pikiran hakekat pendidikan Islam yaitu;
1) Proses tranformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Isla harus dilakukan secara berangsur-angsur, berjenjang dan Istiqomah, penanaman nilai/ilmu, pengarahan, pengajaran dan pembimbingan kepada anak didik dilakukan secara terencana, sistematis dan terstuktur dengan menggunakan pola, pendekatan dan metode/sistem tertentu.
2) Kecintaan kepada Ilmu pengetahuan, yaitu upaya yang diarahkan pada pemberian dan pengahayatan, pengamalan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang bercirikhas Islam, dengan disandarkan kepada peran dia sebagai khalifah fil ardhi dengan pola hubungan dengan Allah (hablum min Allah), sesama manusia (hablum minannas) dan hubungan dengan alam sekitas (hablum min al-alam).
3) Nilai-nilai Islam, maksudnya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam praktek pendidikan harus mengandung nilai Insaniah dan Ilahiyah. Yaitu: a) nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al Asmaul Husna” yakni nama-nama yang indah yang sebenarnya karakter idealitas manusia yang selanjutnya disebut fitrah, inilah yang harus dikembangkan. b) Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, yang selanjutnya di dialogkan pada nilai insaniah. Nilai ini merupakan nilai yang terpancar dari daya cipta, rasa dan karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia.
4) Pada diri peserta didik, maksudnya pendidikan ini diberikian kepada peserta didik yang mempunyai potensi-potensi rohani. Potensi ini memmungkinkan manusia untuk dididik dan selanjutnya juga bisa mendidik.
5) Melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, tugas pokok pendidikan Islam adalah menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, dan menjaga potensi manusia, sehingga tercipta dan terbentuklah kualitas generasi Islam yang cerdas, kreatif dan produktif.


REFERENSI :
Penjelasan dari Drs. Suardi Syam, M.Ag dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pembelajaran PAI
http://ustadzjaswo.blogspot.com/2011/01/metodologi-pembelajaran-dalam-qs-al.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar