Selasa, 06 Maret 2012

Kristalisasi

CRISTALIZER
A.     Pengertian kristalisasi

Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Contoh proses kristalisasi : pembuatan gula pasir dari jus tebu/beet, pembuatan kristal pupuk dari larutan induknya, Kristalisasi juga dapat dikatakan sebuah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia. Pemisahan denga pembentukan kristal melalui proses penguapan merupakan cara yang sederhana dan mudah kita jumpai, seperti pada proses pembuatan garam. Air laut dialirkan kedalam tambak dan selanjutnya ditutup. Air laut yang ada dalam tambak terkena sinar matahari dan mengalami proses penguapan, semakin lama jumlah berkurang, dan mongering bersamaan dengan itu pula kristal garam terbentuk. Biasanya petani garam mengirim hasilnya ke pabrik untuk pengolahan lebih lanjut.






Selanjutnya, bagaimana cara untuk mencapai kondisi supersaturasi yang diinginkan ? Berdasarkan teori, solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan suhu (pendinginan).  Seiring dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat sedemikian hingga, sampai tercapai kondisi supersaturasi.
Image
Gambar. Contoh dari kristalisasi
Sumber. www.wikipedia.com
Pendinginan adalah salah satu dari 4 cara yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi. Akan tetapi cara ini hanya dapat dilakukan jika, solubilitas padatan dalam larutan sangat dipengaruhi oleh suhu. Dan untuk senyawa Ce2(SO4)3 cara ini tidak berlaku, karena kelarutan senyawa ini dalam air akan berkurang dengan kenaikan suhu.
Tiga metode lain yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi  adalah penguapan solven sehingga konsentrasi larutan menjadi makin pekat, penambahan senyawa lain, non solven, ke dalam larutan yang akan menurunkan solubilitas padatan dan reaksi kimia. Setelah kondisi supersaturasi dicapai, bagaimana kita menumbuhkan kristal ?
Langkah pertama adalah membentuk inti kristal primer, yang akan merangsang pembentukan kristal. Untuk membentuk inti kristal primer, jika dibuat dari larutan induk, maka beda konsentrasi larutan lewat jenuh dengan konsentrasi jenuh (C-C*) sebagai driving force proses kristalisasi harus dibuat besar. Dan ini membutuhkan energi yang sangat besar. Sehingga untuk skala industri, tidak efisien. Lebih disukai cara penambahan kristal yang sudah jadi, untuk menginisiasi pembentukan inti kristal primer.
Pemodelan matematis yang mewakili proses nukleasi primer, sulit untuk dibuat. Oleh karena itu, perhitungan waktu tinggal semata-mata didasarkan dari hasil eksperimen.
Mekanisme kristalisasi selanjutnya adalah nukleasi sekunder. Pada fase ini, kristal tumbuh dikarenakan kontak antara kristal dan larutan. Terjadi pada kondisi supersaturasi yang lebih rendah yang memungkinkan kristal tumbuh dengan optimal. Nukleasi sekunder membutuhkan bibit atau kristal yang sudah jadi untuk merangsang pertumbuhan kristal yang baru. Fase inipun juga sulit dibuat pemodelannya, sehingga sama dengan nukleasi primer, penentuan waktunya dilakukan dengan eksperimen.
B.     Jenis-jenis Kristaliser:
1.  Kristaliser Tangki
Kristaliser yang paling kuno.  Larutan jenuh, panas dibiarkan berkontak dengan udara terbuka dalam tangki terbuka.
2.  Scraped Surface Crystallizers
Contoh kristaliser jenis ini adalah Swenson-Walker crystallizer. Berupa saluran dengan lebar 2 ft, dengan penampang berbentuk setengah lingkaran. Bagian luar dinding dilengkapi dengan jaket pendingin dan sebuah pisau pengeruk yang akan mengambil produk kristal yang menempel pada dinding.
3.  Forced Circulating Liquid Evaporator-Crystallizer
Kristaliser jenis ini mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi untuk mencapai kondisi supersaturasi.  Larutan terlebih dulu dilewatkan pemanas HE, kemudian menuju badan kristaliser. Di sini terjadi flash evaporation, mengurangi jumlah pelarut dan meningkatkan konsentrasi solute, membawa ke kondisi supersaturasi. Selanjutnya larutan ini mengalir melalui area fluidisasi dimana kristal terbentuk melalui nukleasi sekunder. Produk kristal diambil sebagai hasil bawah, sedangkan larutan pekat direcycle, dicampur dengan umpan segar.
4.  Circulating Magma Vacuum Crystallizer
    Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan disirkulasi diluar badan kristal. Setelah dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan kristaliser. Kondisi vakum menjadi penyebab menguapnya pelarut, sehingga menjadi lewat jenuh.
Pabrik gula juga melakukan proses kristalisasi, tebu digiling dan dihasilkan nira, nira tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam alat vacuum evaporator, Dalam alat ini dilakukan pemanasan sehingga kandungan air di dalam nira menguap, dan uap tersebut dikeluarkan dengan melalui pompa, sehingga nira kehilangan air berubah menjadi Kristal gula. Ketiga teknik yang lain pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia pada prinsipnya adalah sama yaitu mengurangi kadar pelarut didalam campuran homogeen.
5. membran kristalisasi
Sebagian besar praktisi industri akan mengarahkan pikiran mereka pada sistem waste water treatment ketika mendengar istilah membrane. Masih jarang praktisi yang menyadari luasnya bidang aplikasi unit pemisahan ini. Untuk itu dalam kesempatan ini, membrane akan diperkenalkan dari sisi lain yaitu sebagai unit untuk aplikasi kristalisasi.
Pengembangan membran sebagai unit kristalisasi didorong oleh tuntutan konsumen yang semakin tinggi terhadap produk kristal dengan ukuran dan betuk dan  distribusi yang seragam. Tuntutan ini terutama berasala dari pasar kristal untuk aplikasi medis dan komponen elektronika. Tuntuan ini tidak mampu dipenuhi oleh unit kristalisasi yang ada saat ini, seperti  Forced Circulated Crystallizer dan Draft Tube Baffled Crystallizer. Kedua tipe ini menghasilkan bentuk dan ukuran kristal yang tidak seragam.
Ide penggunaan membrane untuk keperluan kristalisasi didasarkan pada pemanfaatan control mixing pada struktur berukuran mikro pada membrane untuk menghasilkan kristal dengan struktur dan ukuran seragam. Kedua dalam penggunaan membrane peningkatan luas permukaan kontak akan meningkatkan laju pembentukan inti kristal. Penggunaan membrane dalam proses kristalisasi diharapkan dapat menghasilkan kristal yang lebih baik dari kedua metode konvensional sebelumnya.
Pengembangan teknologi kristalisasi dengan menggunakan membaran sebagai alat intensifikasi proses ini didasarkan pada lima metode utama, yaitu reverse osmosis, distilasi, antisolvent, membrane reactor, dan cooling contactor. Masing-masing metode ini akan menggunakan tipe membrane yang berbeda sebab mekanisme driving forces pada pembentukan kristal dari kelima metode ini juga berbeda.
Membrane crystallizer yang dikembangkan pertamakali adalah dengan metode reverse osmosis. Pengmebangan metode ini ditujukan untuk mengambil produk samping berupa garam anorganik dari proses desalinasi air laut. Proses ini memanfaatkan driving forces murni beda tekan. Kelemahan metode ini selain fluks air (solvent) rendah, masalah fouling membatasi umur dari membrane dan konsentrasi umpan (air laut) yang diperbolehkan untuk aplikasi. Semakin tinggi konsentrasi garam maka proses fouling pada membrane juga akan berlangsung lebih cepat.
Metode berikutnya adalah dengan sistem membrane distillation. Sistem ini mendapat banyak perhatian dari para pengembang proses. Dalam sistem ini, terjadi tiga tahap utama:
  1. Tahap evaporasi solvent dari feed pada permukaan membran 1.
  2. Tahap difusi dari uap solvent di sepanjang pori dengan udara yang ada pada pori membran
  3. Tahap kondensasi solvent pada permukaan membran 2 dan  masuk ke aliran distilat.





Skema proses ini disajikan pada gambar berikut.
http://majari.lemuel.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2011/07/New-Picture-3-300x264.jpg
Sistem Mass Transfer pada Membrane Distillation
Membrane yang digunakan dalam proses ini adalah membrane porous hydrophobic. Pemilihan material membrane yang hydrophobic didasarkan pada pertimbangan tekanan operasi. Jika digunakan membrane hydrophilic, tekan osmosis yang terjadi antara sisi distilat dan feed akan besar. Untuk melawan tekanan osmosis ini, membrane diharuskan beroperasi pada tekanan tinggi. Hal ini tidak diharapkan karena dikhawatirkan membrane tidak kuat dan akan pecak ketika operasi dilaksanankan.
Karena sifatnya yang hydrophobic, membrane distilasi ini rentan terhadap fouling. Umur membrane akan semakin pendek jika membrane digunakan pada feed dengan konsentrasi garam yang tinggi. Konsentrasi garam yang tinggi memungkinkan garam menempel pada pori membrane distilasi. Garam masuk pada pori, peluang pori terisi solvent cair semakin besar. Hal ini akan mengganggu proses mass transfer pada pori yang seharusnya berlangsung pada fasa gas.
Metode kristalisasi dengan membrane reactor tidak hanya melibatkan perpindahan massa saja. Aplikasi proses kristalisasi dengan membrane reaktor ini telah diterapkan untuk produksi kristal BaSO4. Dalam proses ini terjadi reaksi kimia yang menghasilkan garam yang akan terkristalkan. Umumnya tipe membrane yang digunakan di sini berupa shell and tube. Dalam sistem yang ditunjukkan pada gambar membrane reactor, reaksi yang terjadi adalah:
http://majari.lemuel.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2011/07/New-Picture-8.bmp



Proses yang terjadi pada membrane ini digambarkan pada skema berikut.

http://majari.lemuel.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2011/07/New-Picture-4.jpg
Sistem Kritalisasi pada Membrane Reactor
Kristalisasi dengna menggunakan prinsip antisolvent mendasarkan proses penyingkiran pelarut dengan mengekstrak pelarut dengan pelarut lainnya. Penggunaan membrane dalam proses ini bertujuan meningkatkan luas permukaan kontak antar kedua fasa. Dengan peningkatan luas permukaan kontak, diharapkan mass transfer akan berlangsung lebih cepat dan hambatan perpindahan menjadi lebih kecil. Sistem kristalisasi ini digambarkan pada skema alat berikut
http://majari.lemuel.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2011/07/New-Picture-7.jpg
Skema Alat Penggunaan Membrane untuk Kristalisasi dengan Sistem Antisolvent
Pengembangan membrane crystallizer dengan keempat teknik di atas memanfaatkan membrane porous. Masalah yang terjadi dalam pengoperasian dari keempat membrane di atas adalah fouling. Perkembangan modifikasi membrane crystallizer terbaru mengusahakan penanganan masalah fouling untuk meningkatkan umur penggunaan membrane. Sistem yang saat ini dikembangkan adalah membrane crystallizer dengan sistem pendinginan.
Metode yang digunakan pada membrane crystallizer dengan pendinginan ini jauh berbeda dengan membrane crystallizer sebelumnya. Perpindahan yang terjadi pada membrane ini adalah perpindahan panas bukan massa seperti membrane sebelumnya. Prinsip yang digunakan pada membrane ini adalah menghasilkan larutan lewat jenuh melalui prinsip pendinginan hingga akhirnya terbentuk kristal. Luas permukaan membrane yang besar akan mempercepat laju perpindahan panas dari feed ke fluida pendingin. Sistem ini menawarkan beberapa keunggulan. Pertama, membrane ini mampu mengatasi masalah fouling yang terjadi pada metode kristalisasi dengan membrane porous. Kedua, membrane ini dapat mengatasi penyumbatan pada tube membrane akibat terbentuknya kristal pada dinding tube selama proses pembentukan kristal. Disamping itu produk kristal yang dihasilkan berukuran kecil dan distribusi ukurannya juga seragam. Metode ini baik digunakan untuk kristal organik seperti protein yang tidak tahan terhadap temperature tinggi.
http://majari.lemuel.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2011/07/New-Picture-5.jpg
Sistem Kristalisasi dengan Membrane Melalui Pendinginan
Pengembangan membrane sebagai alat intensifikasi kini telah melingkupi berbagai bidang aplikasi yang sangat luas bahkan di luar dari perkiraan para pengembangnya di awal. Tuntutan teknologi dan permintaan konsumen yang makin spesifik pada produk dengan kualitas serta keseragaman yang semakin tinggi dari waktu ke waktu menjadi pemicu inovasi dan kreativitas pengembangan metode.  Kristalisasi dengan menggunakan membrane merupakan salah satu buah kerja keras tersebut. Kedepannya pengembangan metode yang makin selektif dengan produktivitas skala produksi yang semakin besar,  biaya operasi yang semakin rendah dengan dampak lingkungan yang semakin minim akan membawa pada pengembangan dan perbaikan proses di berbagai unit. Melalui pengembangan berbagai alat dan metode intensifikasi peralatan baru diharapkan dihasilkan unit pemroses yang semakin baik dari waktu ke waktu .
C.     Alat– alat kristalisasi

Kristaliser :  batch dan kontinyu




















di dalam industry banyak sekali jenis alat yang di gunakan di dalam proses pengkristalisasian, beragam bentuk dan ukuran pun digunakan bedasarkan jumlah dan proses yang digunakan. Berikut adalah salah satu contoh alat yang digunakan di dalam proses pengkristalisasian beserta prosesnya:






Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa proses kristalisasi dilakukan dengan metode pemenasan yang apabila telah mencapai suhu tertentu, maka akan di lakukan penyaringan dan dari hasil penyaringan tersebut nanti akan dilakukan proses selanjutnya.




Daftar Pustaka


  1. A.Konig, D. Weckesser.Membrane Based Evaporation Crystalization
  2. E. Drioli, A. Criscuoli, E Curcio, Integrated Membrane Operations for Seawater Desalination, Elsevier, 2002
  3. A. Gugliuzza, E. Curcio , E.Drioli, G. Di Profio, M.Aceto, S.Simone,R. Madonna, Novel Functional Per-fluofinated Membranes: Suitable, Nucleating Systems for Protein Crystallization
  4. E. DrioliA Review on Membrane Crystallization.
  5. E. Curcio, G. Di Profio, E. Drioli, A New Membrane Based Crystallization Technique: Test on Lysozyme, Elsevier, 2002
  6. E. Curcio, G. Di Profio, E. Drioli, Membrane Crystallization of Macromolecular Solutions, Elsevier, 2002
  7. M. Gryta, Direct Contact Membrane Distillation with Crystalization Applied to Na Cl Solutions, 2001
  8. E. Curcio, G. Di Profio, E. Drioli, Membrane Conttactors: Fundamentals, Applications, and Potentialities, Journal of Membrane Science and Technology,2006
  9. http://www.emeraldbiosystems.com/blog/post/Membrane-Protein-Crystallization-with-Additives-in-LCP.aspx
  10. BIWIC 2006: 13th International Workshop on Industrial Crystallization
  11. Zhiqian et al.,Synthesis of nanosized BaSO4 Particles with a Membrane Reactor: Effects of Operating Parameters on Particles, Journal of Membrane Science, 2002.
  12. Zarkadas et al.,Solid Hollow Fier Cooling Crystallization, 2004.
  13. Sirkar, Kamalesh K. et al., Antisolvent Crystallization in Porous Hollow Fiber Devices and Methods of Use Thereof, 2007

Pemograman Bahasa C dengan Metode Pengulangan

PENGULANGAN
A.      Tujuan
Praktikan memahami penggunaan pengulangan dalam pemecahan masalah dan mampu mentranslasi pengulangan dari notasi algoritma pseudocode kedalam bahasa C.
B.      Peralatan
·         Perangkat keras : 1 set computer dan 1 buah flasdisk.
·         Perangkat lunak : windows xp, kompilator djgpp dan notepad.

C.      Dasar teori
1.       Struktur pengulangan
Ada 3 macam struktur pengulangan. Pemilihan struktur yang tepat bergantung pada masalah yang akan di program.
1.       Pernyataan for
2.       Pernyataan while
3.       Pernyataan repeat
Pernyataan for adalah struktur pengulangan tanpa syarat (kondisi), sedangkan pernyataan while dan repeat adalah struktur pengulangan dengan kondisi.
2.       Pernyataan for
Ada 2 macam pernyataan for.
1.       For menaik, memiliki algoritma sebagai berikut:
For pencacah ← nilai awal to nilai akhir do
                        Statement
Endfor

2.       For menurun, memiliki algoritma sebagai berikut:
For pencacah ← nilai akhir downto nilai awal do
                        Statement
Endfor

Contoh algoritma dengan pernyataan for menaik:
PROGRAM penjumlahan_deret
{ menjumlahkan deret 1+2+3+4+…+N }

DEKLARASI
        N,I, jumlah          : integer
ALGORITMA:
        Read (N)
        Jumlah ← 0
        For i ← 1 to N do
        Jumlah ← jumlah + i
        I = I + 1
Endfor
Write (jumlah)

Contoh algoritma dengan pernyataan for menurun:

PROGRAM penjumlahan_deret
{menjumlahkan deret N+(N-1)+(N-2)+……1}

DEKLARASI
        N,i, jumlah          : integer
ALGORITMA
        Read (N)
        Jumlah ← 0

For I N to 1 do
        Jumlah ← jumlah + i
        i = i -1
endfor
write (jumlah)

3.       Pernyataan while
Bentuk umum algoritma pernyataan while adalah:
        While kondisi do
                        Statement
        Endwhile

Pernyataan dilaksanakan berulangkali selama kondisi bernilai benar. Jika kondisi bernilai salah, maka pernyataan tidak dilaksanakan dan pengulangan berhenti. Maka pernyataan tidak dilaksanakan dan pengulangan berhenti. Gunakan struktur while pada kasus yang mengharuskan pemeriksaan kondisi objek terlebih dahulu sebelum objek tersebut dimanipulasi.








Contoh algoritma dengan pernyataan while:

PROGRAM penjumlahan_deret
{menjumlahkan deret 1+2+3+4+……+N}

DEKLARASI
        N,i, jumlah          : integer
ALGORITMA
        Read (N)
        Jumlah ← 0
        I ← 1
        While I < N do
                        Jumlah ← jumlah + i
        Endwhile
        Write (jumlah)

4.       Pernyataan repeat
Bentuk umum algoritma pernyataan repeat adalah:
        Repeat
                        Statement
        Until kondisi
Pernyataan dilaksanakan berulangkali selama kondisi bernilai salah. Jika kondisi bernilai benar, maka pernyataan tidak dilaksanakan dan pengulangan berhenti. Gunakan konstruksi repeat pada kasus yang terlebih dahulu memanipulasi objek, kemudian memeriksa kondisi objek tersebut.
Contoh algoritma dengan pernyataan repeat:

PROGRAM penjumlahan_deret
{menjumlahkan deret 1+2+3……+N}

DEKLARASI
N,I, jumlah  : integer

ALGORITMA:
        Read (N)
        Jumlah ← 0
        I ← 1
        Repeat
                        Jumlah ← jumlah + i
                        I = i+1
Until I > N
Write (jumlah)
D.      Langkah kerja
1.       Ketiklah program berikut, simpan dalam flashdisk, kemudian kompilasi dan eksekusi menggunakan dos promp.

/*PROGRAM Penjumlahan_Deret_dengan_for_menaik*/
#include<stdio.h>
main()
{
        int N,i,jumlah;
        printf("Ketikkan N: "); scanf("%d",&N);
        jumlah=0;
        for(i=1;i<=N;i++)
        {
                        jumlah=jumlah+i;
        }
        printf("Jumlah deret = %d",jumlah);
        return(0);
}

2.       Ketiklah program berikut, simpan dalam flashdisk, kemudian kompilasi dan eksekusi menggunakan dos promp.

/*PROGRAM Penjumlahan_Deret_dengan_for_menurun*/
#include<stdio.h>
main()
{
        int N,i,jumlah;
        printf("Ketikkan N: "); scanf("%d",&N);
        jumlah=0;
        for(i=N;i>0;i--);
        {
                        jumlah=jumlah+i;
   }
        printf("Jumlah deret = %d",jumlah);
        return(0);
}










3.       Ketiklah program berikut, simpan dalam flashdisk, kemudian kompilasi dan eksekusi menggunakan dos promp.

/*PROGRAM Penjumlahan_Deret_dengan_while*/
#include<stdio.h>
main()
{
        int N,i,jumlah;
        printf("Ketikkan N: "); scanf("%d",&N);
        jumlah=0; i=1;
        while(i<=N)
        {
                        jumlah=jumlah+i;
                        i++;
        }
        printf("Jumlah Deret = %d",jumlah);
        return(0);
}

4.       Ketiklah program berikut, simpan dalam flashdisk, kemudian kompilasi dan eksekusi menggunakan dos promp.

/*PROGRAM Penjumlahan_Deret_dengan_repeat*/

#include<stdio.h>
main()
{
        int N,i,jumlah;
        printf("Ketikkan N: "); scanf("%d",&N);
        jumlah=0; i=1;
        do
        {
                        jumlah=jumlah+i;
                        i++;
        }
        while(i<=N);
        printf("Jumlah deret = %d",jumlah);
        return(0);
}

Pemograman Bahasa C dengan Metode Penyeleksian

PENYELEKSIAN
A.      TUJUAN
Praktikan memahami penggunaan penyeleksian dalam pemecahan masalah dan mampu mentranslasi pengulangan dari notasi algoritma pseudocode ke dalam bahasa C.

B.      PERALATAN
·         Perangkat keras : 1 set computer dan 1 buah flasdisk.
·         Perangkat lunak : windows xp, kompilator djgpp dan notepad.
C.      DASAR TEORI
1.       Struktur penyeleksian
Ada 2 macam struktur penyeleksian. Pemilihan konstruksi yang tepat bergantung pada jumlah kasus yang akan diseleksi.
1)      Pernyataan IF-THAN-ELSE
2)      Pernyataan CASE
Penggunaan struktur IF-THAN-ELSE jika jumlah kasus tidak banyak. Untuk jumlah kasus yang banyak, konstruksi CASE dapat menyederhanakan penulisan.
2.       Pernyataan if-than-else
Notasi algoritmik untuk analisis dua kasus adalah dengan menggunakan konstruksi if-than-else. Jika kondisi terpenuhi maka statemen 1 akan dieksekusi, tetapi jika kondisi tidak terpenuhi, maka statemen 2 yang akan dieksekusi.
If (kondisi) then
                Statemen 1
Else statemen 2
                               
                Notasi algoritmik untuk analisis dengan tiga kasus adalah:
                                If (kondisi 1) then            {kasus 1}
                                                Statemen 1
                                Else if (kondisi 2) then    {kasus 2}
                                                Statemen 2
                                Else statemen 3                                {kasus 3}
                                                Endif
                                Endif
                Contoh algoritma dengan pernyataan if-than-else:
                PROGRAM Wujud_air
                {menentukan wujud air, tergantung temperature air T}
                Deklarasi
                T   : real
                ALGORITMA
                Read (T)
                If  T £ 0 then                                       {kasus 1}
                                Write (“padat”)
                Else
                                If  T < 100 then                  {kasus 2}
                                Write (“cair”)
                Else                                                        {T3 100, kasus 3)
                                Write (“gas atau uap”)
                                Endif
                Endif
3.       Pernyataan case
Pernyataan case adalah sebagai berikut:
                Case ekspresi
                                Nilai_1 pernyataan_1
                                Nilai_2 pernyataan_2
                                Nilai_3 pernyataan_3
                                Nilai_n pernyataan_n
                                Otherwise pernyataan_x
                                endcase
                contoh algoritma dengan pernyataan case:
                PROGRAM konversi_angka_ke_huruf
                {mencetak untuk huruf untuk angka 1 sampai 4}
                DEKLARASI
                Angka                   : integer
                ALGORITMA
                Read (angka)
                Case angka
                                1: write (“satu”)
                                2: write (“dua”)
                                3: write (“tiga”)
                                4: write (“empat”)
                                Otherwise : write (“angka yang dimasukkan salah”)
                Endcase
D.      Langkah kerja
1)      Ketiklah program berikut, simpan dalam flashdisk, kemudian kompilasi dan eksekusi menggunakan dos promp.

/*Program Wujud_air*/
#include<stdio.h>
int main()
{
     int T;
     printf("Ketikkan suhu air : "); scanf("%d",&T);
     if(T<=0)
     printf("Wujud air padat");
     else
     {
           if (T<100)
           printf("Wujud air cair");
           else
           printf("Wujud air gas/uap\n");
     }
     return 0;
}
2)      Ketiklah program berikut, simpan dalam flashdisk, kemudian kompilasi dan eksekusi menggunakan dos promp.

/*Program gaji*/
#include "stdio.h"
int main()
{
     int jumlah_anak;
     float gajikotor,tunjangan,potongan,persentunjangan=0.2,persenpotongan=0.05;
     printf("Gaji kotor: "); scanf("%f",&gajikotor);
     printf("Jumlah Anak: "); scanf("%f",&jumlah_anak);
     if(jumlah_anak>2)
     {
           persentunjangan=0.3;
           persenpotongan=0.07;
     }
     tunjangan=persentunjangan*gajikotor;
     potongan=persenpotongan*gajikotor;
     printf("Besarnya Tunjangan = Rp %0.2f\n",tunjangan);
     printf("Besarnya Potongan = Rp %0.2f",potongan);
     return (0);
}



3)      Ketiklah program berikut, simpan dalam flashdisk, kemudian kompilasi dan eksekusi menggunakan dos promp.

/*PROGRAM Konversi_Ke_Detik*/
#include<stdio.h>
int main()
{
     typedef struct {long int hh,mm,ss;} Jam;
     Jam J;
     long int TotalDetik;
     printf("Jam : "); scanf("%ld",&J.hh);
     printf("Menit : "); scanf("%ld",&J.mm);
     printf("Detik : "); scanf("%ld",&J.ss);
     TotalDetik=(J.hh*3600)+(J.mm*60)+J.ss;
     printf("Total detik adalah : %ld",TotalDetik);
     return 0;
}