Sabtu, 05 Maret 2011

PENDEKATAN INDOKTRINATIF

PENDEKATAN INDOKTRINATIF
Logo UIN warna






Makalah ini dipresentasikan dalam forum diskusi pada mata kuliah:
“Akhlak Tasawuf”



Disadur Oleh:
Dengan mengutip jurnal dan Buku Prof. Dr. Amril. M., MA
Anggun Seini Kuba
Dewi Arita


Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Amril, M,.MA


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2012
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Rabb pencipta alam semesta. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur Akhlak Tasawuf yaitu pembuatan makalah mengenai “Pendekatan Indoktrinatif”. Dengan adanya makalah ini banyak pengetahuan yang dapat diambil.
Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga dapat member manfaat bagi pembacanya, khususnya penulis sendiri. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oeh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Kepada Allah Swt penulis memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga dengan izin-Nya ilmu yang kita peroleh mendapat berkah. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…

Pekanbaru,  Januari 2012

Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..       
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….        
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang……………………………………………………….          
B.     Rumasan Masalah……………………………………………………          
C.     Tujuan Penulisan……………………………………………………..          
BAB II PEMBAHASAN
A.    Indoktrinasi Nilai Dasar……………………………………………..         
B.     Pendekatan Metodis Analisis Nilai dan Diskusi Dilemma Nilai……             
C.     Prosedur Metodologis Akhlak Tasawuf……………………………..            

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………………..         
B.     Saran …………………………………………………………………        
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan dinilai memiliki peran strategis untuk mampu menumbuhkembangkan perilaku akhlak dalam manusia, terutama pada anak didik. Selain bentuk kinerja pendidikan yang sangat sistematis, terencana dan bertujuan serta memang dipersiapkan untuk mengemban pekerjaan seperti ini, namun yang lebih penting lagi adalah pendidikan itu sendiri sesungguhnya adalah usaha moral atau akhlak. Sehingga sedemikian rupa nilai-nilai moral dan akhlak dengan pendidikan merupakan satu kesatuan dan saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Pada prinsipnya pendidikan nilai dan sebutan lainnya itu sebagai sebuah ilmu dalam bidang pendidikan lebih bergerak pada tataran apa dan bagaimana mengelola penumbuhkembangan nilai-nilai moral atau akhlak dalam aktivitas-aktivitas sekolah utamanya kegiatan pembelajaran itu sendiri secara metodologis. Sedemikain rupa tentunya pembelajaran di sekolah mampu menunjukkan peranannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai moral atau akhlak.

B.     Rumusan Masalah
1.      Indoktrinasi Nilai Dasar
2.      Pendekatan Metodis Analisis Nilai dan Diskusi Dilemma Nilai
3.      Prosedur Metodologis Akhlak Tasawuf

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui eksistensi nilai dasar dan fungsi dari pendekatan indoktrinatif
2.      Untuk mengetahui implementasi dari indoktrinasi nilai dasar





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Indoktrinasi Nilai Dasar
Nilai-nilai dasar pada prinsipnya merupakan nilai-nilai akhlak yang terkait langsung dengan nilai-nilai dasar Theo-antropos; Ajaran baku agama dan kemanusiaan. Pentingnya nilai-nilai dasar akhlak seperti ini pada prinsipnya bahwa bukankah konsep akhlak dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari Ilahi atau agama dan eksistensi manusia dalam kesehariannya pada kualitas interaksi sosialnya baik sesame manusia maupun dengan lingkungannya.
Terkait dengan eksistensi nilai-nilai akhlak dasar pada seseorang seperti disebutkan di atas, maka penumbuhkembangnya sejatinya telah dimulai pada diri pribadi seseorang, sedemikian rupa sangat menentukan kualitas interaksi sosial seseorang dengan lainnya nantinya.
Memahami eksistensi nilai dasar dan fungsinya dalam interaksi sosial satu sisi dan dinamika proses becoming dalam masyarakat yang terus terjadi, betapa dibutuhkannya strategi indoktrinasi nilai dasar ini, karena tujuan dasar pendekatan metodis ini adalah bagaimana nilai-nilai akhlak dasar itu tetap tumbuh dan berkembang dalam diri anak didik sehingga eksistensinya sebagai makhluk akhlak tidak tereduksi dengan hilangnya nilai-nilai akhlak dasar yang memang telah ada dalam setiap diri setiap orang.
Sungguhpun diakui bahwa pendekatan metodis pertama ini sering dikritik karena kecenderungannya yang indokrinatif dan mengabaikan kebebasan manusia dalam memilih nilai-nilai akhlak yang akan dikembangkannya, namun untuk nilai dasar moral perennis telah menjadi kebutuhan mutlak eksistensi manusia tanpa kecuali. Oleh karena itu kecenderungan indoktrinatif dan mengabaikan kebebasan kemanusiaan  sesungguhnya tidak beralasan, karena eksistensi manusia secara niscaya membutuhkannya. Praktek nyata pada pendekatan metodis pertama ini misalnya dapat dilakukan dengan hukuman dan ganjaran, pembiasaan serta verbalistis dan seumpamanya.
Implementasinya dalam pembelajaran nilai-nilai akhlak dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran pembiasaan, ketegasan penerapan aturan, reward and punishment dan seumpamanya.
B.     Pendekatan Metodis Analisis Nilai dan Diskusi Dilemma Nilai
Dalam konteks pendidikan nilai perilaku apa yang ditampilkan dan ucapan yang disampaikan dapat menjadi bagian dari indikator nili-nili akhlak karena perilaku dan ucapan sebagian dapat menjadi petunjuk tentang nilai yang diyakini oleh orang. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya perilaku dan ucapan menjadi bahan analisis dalam menentukan nilai-nilai akhlak yang dimiliki oleh seseorang. Pendekatan analisis nilai memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan anak didik untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif dan klarifikasi nilai, salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial sedangkan pendekatan perkembangan nilai kognitif dan klarifikasi nilai lebih menekankan pada dilemma moral yang bersifat perseorangan dan keyakinan nilai-nilai akhlak perorangan.
Berdasarkan sasaran yang diinginkan oleh pendekatan ini yaitu mematangkan kemampuan anak didik dengan melatih ketajamannya menganalisis persoalan nilai-nilai sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakatnya. Oleh karena itu dapat dipahami kenapa dikaitkan secara erat dengan social learning yang tentunya fokus kajiannya pada perilaku moral behavior yang ditandai dengan kemampuan menerima perilaku pembelajaran sosial yang dtransfer melalui pengajaran langsung dan bahkan imitasi dari model-model perilaku moral tertentu. Terkait dengan ini juga tentunya bahwa pendekatan seperti ini akan sangat menempatkan lingkuangan sebagai media yang amat penting untuk mewujudkan perilaku moral atau internalisasi aturan-aturan budaya, termasuk nilai-nilai akhlak. Bahkan Kohlberg dan Kramer mengatakan bahwa perkembangan kognisi sosial tergantung tidak pada kematangan atau pembelajaran tetapi pada interaksi antara orgamnisma dan lingkungan.
Tugas penyelesaian masalah dalam analisis nilai ini diantaranya sebagai berikut: 1). Mengidentifikasi dan menjelaskan nilai yang terkait 2). Mengumpulkan fakta yang berhubungan 3). Mengurangi perbedaan dalam fakta yang berhubungan 4). Menguji kebenaran fakta yang berkaitan 5). Mengurangi perbedaan kebenaran tentang fakta yang berkaitan 6). Menjelaskan kaitan antara fakta yang bersangkutan 7). Mengurangi perbedaan tentang kaitan antara fakta yang bersangkutan 8). Merumuskan keputusan moral sementara 9). Mengurangi perbedaan dalam rumusan keputusan sementara 10). Menguji prinsip moral yang digunakan dalam pengambilan keputusan 11). Mengurangi perbedaan dalam pengujian prinsip moral yang diterima.
Seiring dengan pendekatan metodis analisis nilai seperti diuraikan di atas juga terkait dengan apa yang disebut dengan pendekatan diskus dilemma nilai. Dua pendekatan metodis ini sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dalam praxis pembelajaran karena pada analisis nilai sesungguhnya juga dalam kegiatan diskusi yang diantaranya bisa jadi pada problema dilemma nilai yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat.
Dilemma itu sendiri dapat dipahami dalam bentuk semacam situasi yang mengharuskan seseorang melakukan pilihan antara dua atau lebih kemungkinan yang tidak menyenangkan sehingga memunculkan kesukaran dan membingungkan. Dalam konteks nilai tentu tampilnya beragam pilihan nilai-nilai yang tidak menyenangkan dan menemui kesukaran untuk menetapkan pilihan mana nilai-nilai yang baik dan terbaik itu. Dalam situasi membingungkan dan sulit ini anak semestinya mampu memilih dan memilah dari pilihan nilai yang terbaik untuk dimilikinya dan diamalkannya.
Sasaran pembelajaran dalam pendekatan metodis analisis dan diskusi dilemma nilai diupayakan dapat menyentuh semua tahapan-tahapan yang ditemukan dalam kemampuan kognitif, yang selama ini tersa terabaikan, penguasaan pembelajaran nilai lebih sering berada pada tahapan aktivitas knowledge, comprehension, application dan evaluation, sedangkan tahapan aktivitas yang lain seperti analisys, syntesism, hingga receiving, responding, valuing, organization, characterization by a value or value complex.

C.    Prosedur Metodologis Akhlak Tasawuf
Ada dua prosedur metodologis yang mesti dilakukan bagi seseorang untuk dapat berakhlak tasawuf-akhlaki:
a.       Prosedur metodologis normatif, yang dimaksudkan dengan prosedural ini adalah melakukan pengamalan ajaran-ajaran syari’at dan ajaran-ajaran dogmatis sufis yang telah menjadi acuan umum dalam mengupayakan perilaku sufis. Dalam pengertian ini semua pengalaman dalam konteks prosedur normative ini diyakini oleh seorang Sufis sehingga akan meniscayakan lahirnya perilaku sufi.
Menjalankan Syaria’t dianggap sebagai prosedur normative mengingat bahwa syari’at dapat membersihkan jiwa dari noda-noda yang dapat menghalangi perjumpaan makhluk dengan khaliknya, karena khalik adalah suci dan hanya dapat didekati dengan yang suci pula. Disinilah letak pentingnya syari’at dikatakan sebagai prosedur metodologis normative yang akan mengantarkan seseorang pada kehidupan sufi. Begitu pula menjalankan perilaku-perilaku sufi yang telah umum disandarkan pada zuhud, taubat, sabar, wara’, tawakal, ridha dan lain-lain.
b.      Prosedur metodologis praktis, dimaksudkan dengan prosedur ini adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam bentuk memaksimalkan potensi jiwa yang dimiliki oleh manusia, yakni daya nathiqah (rasio),  ghadabiyah (emosi) dan shahwaniya (nafsu) dalam setiap kehidupan nyata. Dengan mendayakan tiga potensi jiwa ini akan melahirkan perilaku yang meniscayakan kedekatan makhluk dengan Khaliknya.
Mendayakan potensi nathiqah melalui belajar dan pendidikan yang dengannya menjadikan seseorang mengerti akan keterkaitan keberadaan dirinya, baik dengan Allah Swt, manusia lainnya maupun alam jagad raya.
Mendayakan potensi ghadabiyah adalah mengendalikan dan mengarahkannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh akal, sehingga emosi-emosi atau semangat yang muncul dalam diri manusia akan selalu terkontrol dan akan selalu berujung pada perbuatan yang terarah dan bertanggung jawab pada dirinya, manusia lain, alam jagad raya dan Allah Swt.
Mendayakan potensi shahwaniyah adalah dengan mengekang keberadaan nafsu yang cenderung pada keinginan yang berlebih-lebihan tanpa batas, sehingga keinginan hewaniyah yang ada dalam diri seseorang akan selalu terkendali dan akan selalu berujung pada perbuatan yang wajar dan tidak berlebihan.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Memahami eksistensi nilai dasar dan fungsinya dalam interaksi sosial satu sisi dan dinamika proses becoming dalam masyarakat yang terus terjadi, betapa dibutuhkannya strategi indoktrinasi nilai dasar ini, karena tujuan dasar pendekatan metodis ini adalah bagaimana nilai-nilai akhlak dasar itu tetap tumbuh dan berkembang dalam diri anak didik sehingga eksistensinya sebagai makhluk akhlak tidak tereduksi dengan hilangnya nilai-nilai akhlak dasar yang memang telah ada dalam setiap diri setiap orang. Kecenderungan indoktrinatif dan mengabaikan kebebasan kemanusiaan  sesungguhnya tidak beralasan, karena eksistensi manusia secara niscaya membutuhkannya. Praktek nyata pada pendekatan metodis pertama ini misalnya dapat dilakukan dengan hukuman dan ganjaran, pembiasaan serta verbalistis dan seumpamanya.
 Implementasinya dalam pembelajaran nilai-nilai akhlak dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran pembiasaan, ketegasan penerapan aturan, reward and punishment dan seumpamanya.

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat menjadi sumber/informasi mengenai pendekatan indoktrinatif. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis memohon kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun demi mendapatkan sebuah karya ilmiah yang baik ke depannya.






DAFTAR PUSTAKA

Amril. 2007. Akhlak Tasawuf. Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau dan LSFK2P
Amril. 2011. Ringkasan Penelitian Pendidikan Nilai. Pekanbaru: Lembaga Penelitian Dan Pengembangan UIN Suska Riau